SRIWIJAYAINSTITUTE.OR.ID -
Ketua MPR RI ke-16 sekaligus Wakil Ketua Umum Partai Golkar Bambang
Soesatyo mendukung langkah Perkumpulan Kamar Entrepreneur Indonesia
(KEIND) melakukan kegiatan Keind Goes to Campus. Sebagai rangkaian road
to Rakernas Keind 2024, sekaligus memberikan pengenalan serta motivasi
entrepreneur kepada para mahasiswa.
Event tersebut juga bisa
menjadi dukungan terhadap langkah Presiden Joko Widodo yang telah
menetapkan tanggal 10 Juni sebagai Hari Kewirausahaan Nasional. Jauh
sebelumnya, Presiden Joko Widodo juga sudah menerbitkan Perpres Nomor 2
Tahun 2022 tentang Pengembangan Kewirausahaan Nasional.
Hadir jajaran KEIND antara lain, Ketua Umum Afda Rizal Armashita, WKU Organisasi Abdhy Pirsawan A, dan Ketua Dewan Usaha Pranoto Sunarto. Hadir pula panitia Rakernas KEIND 2024 antara lain, Ketua SC Juliana Sofia Damu, Ketua OC Risti Yuni Lestari, SC Dini Fronitasari, SC Hardini Puspasari, Sekretaris OC Yudavio, dan OC Hanny Pirss.
Ketua DPR RI ke-20 dan Ketua Komisi
III DPR RI ke-7 bidang Hukum, HAM, dan Keamanan ini menjelaskan,
tingginya jumlah wirausahawan merupakan salah satu indikator kemajuan
sebuah negara. Karenanya, melahirkan wirausahawan muda merupakan
prioritas yang tidak bisa dielakkan. Konsekuensi dari kegagalan untuk
menumbuhkembangkan wirausahawan, berpotensi menempatkan posisi kita
hanya sebagai 'pasar' bagi produk komunitas global.
"Mendorong
kewirausahaan juga bisa menjadi jalan yang tepat untuk mengatasi
pengangguran Generasi Z, dan sekaligus sebagai langkah penting dalam
membangun perekonomian yang kuat. Mengingat data BPS menunjukan bahwa
hampir 10 juta penduduk usia muda yang masuk dalam Generasi Z, saat ini
berstatus menganggur atau tanpa kegiatan. Mengatasinya bisa dilakukan
dengan mendorong mereka berwirausaha," jelas Bamsoet.
Ketua Dewan
Pembina Depinas SOKSI (Ormas Pendiri Partai Golkar) dan Kepala Badan
Polhukam KADIN Indonesia ini menerangkan, menumbuhkan semangat
kewirausahaan juga sejalan dengan posisi Indonesia yang saat ini sedang
menapakkan kaki pada periode bonus demografi, di mana komposisi penduduk
didominasi kelompok usia produktif. Seringkali bonus demografi
dipersepsikan sebagai peluang emas untuk meraih lompatan kemajuan.
Contohnya adalah China dan Korea Selatan yang sukses mengoptimalkan
periode bonus demografi dengan pengembangan industri rumahan.
"Padahal
tidak semua negara bisa sukses memanfaatkan momentum bonus demografi,
seperti misalnya Brazil, Afrika Selatan, Venzuella, dan Meksiko. Hal ini
harus menyadarkan kita, bahwa bonus demografi juga menyimpan potensi
risiko. Salah satunya, ketika keberlimpahan jumlah sumberdaya manusia
berusia produktif tidak terserap secara optimal oleh dunia kerja, maupun
tidak mampu membuka lapangan kerja," terang Bamsoet.
إرسال تعليق